Kamis, 12 Juli 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendukung utama bagi tercapainya pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya.                   
Sekolah sebagai lembaga formal yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pembangunan pendidikan, dengan segala kemampuan pendidikan yang didalamnya terjadi suatu proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Pemberian layanan bimbingan dan konseling mengacu pada sasaran layanan yaitu siswa-siswi secara perseorangan maupun kelompok, dengan tidak melihat perbedaan jenis kelamin, agama, ras, dan suku antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.
Study kasus adalah laporan tentang suatu penyelidikan yang intensif dari banyak aspek penting tentang beberapa unit masalah dari individu. Oleh karena itu study kasus merupakan metode pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Terpadu artinya menggunakan berbagai pendekatan dan bersifat menyeluruh artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu. Data yang diperoleh study kasus bermanfaat dalam menetapkan jenis kesulitan atau masalah yang dialami individu, serta dalam menetapkan jenis bantuan atau bimbingan yang diperlukan.
Study kasus merupakan suatu mata kuliah praktek yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah. Dalam hal ini study kasus dilaksanakan di SMP Negeri 19 Palu. Adapun tujuan pelaksanaan study kasus ini yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada konseli (siswa) serta bagaimana cara mengatasi masalah-masalah tersebut.
Seorang siswa dikategorikan sebagai anak yang bermasalah, apabila ia menunjukkan penyimpangan dari perilaku yang lazim dikerjakan anak-anak pada umumnya. Penyimpangan perilaku ada bermacam-macam: penyimpangan perilaku yang sederhana, misalnya: mengantuk, suka menyindiri, terlambat sekolah dan lain-lain. –penyimpangan perilaku yang ekstrim, misalnya: bolos, memeras teman-teman, membawa senjata tajam kesekolah, malas belajar ataupun tidak sopan kepada orang tua atau pada gurunya. Hambatan-hambatan itulah yang mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan belajar dan kelainan tingkah laku seperti pemalu, malas, agresif, nakal, kondisi itulah sehingga menyebabkan menjadi malas belajar sehingga bardampak pada prestasi belajar yang  menurun.
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan awal, bahwa disekitar lingkungan SMP Negeri 19 Palu banyak terdapat tempat-tempat yang dapat menyebabkan siswa-siswa membolos, seperti rental play station dan warnet. Dengan adanya tempat terebut, maka akan mengundang siswa untuk datang ke tempat tersebut dan meninggalkan mata plajaran. Perilaku bolos pada siswa, sejak dahulu sudah menjadi sesuatu yang lumrah sehingga membolos bagi siswa sekarang bisa dikatakan sudah menjadi trend yang sudah melekat pada diri siswa yang menyebabkan siswa sering ketinggalan materi-materi pelajaran sehingga berdampak pada memburuknya prestasi siswa di sekolah.
Perilaku menyimpang yang sering terjadi di sekolah ini, sebagai contoh ialah kebiasaan membolos siswa. Kebiasaan bolos ini menjadi kebiasaan yang menurut sebagian daripada siswa  sesuatu hal yang biasa saja, padahal hal ini merupakan suatu persoalan yang semestinya dihilangkan karena merupakan perilaku yang melanggar aturan sekolah, yang dapat membuat anak menjadi malas belajar sehingga dapat berdampak kepada menurunnya prestasi anak di sekolah apabila anak sering melakukan kebiasaan ini, karena dengan demikian anak dapat ketinggalan materi pelajaran.
Perilaku bolos sekolah adalah keadaan dimana siswa mangkir, melarikan diri dari aktifitas sekolah maupun tidak datang kesekolah untuk mengikuti mata pelajaran sebagaimana mestinya pada jam yang telah ditetapkan..
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa anak yang mengalami gangguan tersebut memerlukan suatu layanan khusus yang mengarah pada keseluruhan aspek perkembangan mereka. Agar supaya konseli ( siswa ) dapat merubah perilaku yang dikategorikan negatif ke arah perilaku yang positif sehingga siswa tersebut dapat merubah diri kearah yang lebih baik lagi. Salah satu layanan khusus tersebut yaitu kegiatan study kasus dengan maksud mempelajari keadaan dan perkembangan seorang siswa secara mendalam, sehingga dapat membantu mencapai penyesuaian diri yang lebih baik sehingga mengarah pada prestasi belajar yang baik di sekolah.
B.     KONFIDENSIAL
Melalui proses konseling ini, sebagai seorang calon guru pembimbing di sekolah hendaknya selalu menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari siswa yang menjadi konseli. Kerahasiaan data menjadi salah satu kode etik bimbingan yang harus dijaga dalam melaksanakan tugas bimbingan.
Proses bimbingan konseling dilaksanakan berdasarkan pada salah satu asas yaitu asas kerahasiaan, dimana segala sesuatu yang dibicarakan konseli kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, terutama hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggaraan atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama penerima bimbingan.
C.    IDENTIFIKASI KASUS
1.      Identitas konseli
a)      Nama                                                   : AS
b)      Jenis kelamin                                       : laki-laki
c)      Tempat tanggal lahir                           : Palu, 11 November 1996
d)     Agama                                                 : Islam
e)      Suku                                                    : Sunda
f)       Anak ke                                               : 1
g)      Bahasa sehari-hari                               : Indonesia
h)      Usia                                                     : 15 tahun       
2.      Keterangan tempat tinggal
a)      Alamat rumah                                     : Perdos, blok D2 No.19
b)      Siswa tinggal dengan                          : Orang tua
c)      Berangkat sekolah                               : jalan kaki
d)     Kondisi penerangan rumah                 : cukup
e)      Kondisi tempat tinggal                       : permanen
3.      Identitas keluarga
a)      Ayah
Nama                                                 : AK
Usia                                                   : 35 Tahun
Pekerjaan                                           : PNS
Pendidkan                                         : S1
Agama                                               : Islam
Alamat                                               : Perdos, blok D2 No.19
b)      Ibu
Nama                                                 : SM
Usia                                                   : 30 Tahun
Pekerjaan                                           : PNS
Pendidkan                                         : S1
Agama                                               : Islam
Alamat                                               : Perdos,blok D2 No.19

4.      Harapan dan cita-cita
a)      Rencana setelah tamat SMP              : melanjutkan kesekolah SMA
b)      Cita-cita                                             : ingin menjadi Dokter
c)      Riwayat pendidikan
AS menamatkan pendidikan dasarnya di SD dengan lama belajar 6 tahun dan tidak pernah tinggal kelas. Setelah menamatkan pendidkan dasarnya, AS kemudian melanjutkan studinya di SMP Negari 19 Palu, dan sekarang AS duduk di kelas IXc.
d)     Sarana belajar
AS memiliki fasilitas belajar yang kurang lengkap di rumah, AS juga tidak memiliki buku pelajaran serta ruangan belajar yang kurang menentu.
e)      Pergaulan
Dalam kehidupan sehari-hari, AS memiliki banyak teman yang berasal dari lingkungan tempat tinggal maupun teman-teman sekolahnya di SMP Negeri 19 Palu. Disamping itu, AS termasuk seorang anak yang suka bergaul di dalam kelas maupun dengan teman-temannya yang berada dilingkungan tempat tinggal.



D.    GAMBARAN UMUM KASUS

AS adalah seorang siswa SMP Negeri 19 Palu kelas IXc, disamping itu AS adalah anak semata wayang, dimana ayah dan ibu AS adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang membuat kedua orang tua AS jarang berada di rumah untuk mengontrol dan mengawasi perkembangan AS. Kurangnya pengawasan dari orang tua membuat AS tidak terkontrol untuk melakukan apa yang ia inginkan.
AS sering membolos dari sekolah karena kurangnya control dari orang tua karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya sehingga perilaku AS yang sering membolos dari sekolah berdampak buruk pada prestasi belajarnya. Dengan kurangnya control dari orang tua, maka AS dapat dengan leluasa membolos dengan pulang ke rumah atau pergi ke rental play station yang berada didekat sekolahnya. Karena pada saat jam sekolah, orang tua AS tidak berada di rumah karena sedang pergi bekerja. Hal itulah yang membuat AS berani pulang ke rumah pada saat jam sekolah. Prestasi belajar AS di sekolah buruk karena ia sering membolos. Berdasarkan catatan yang diberikan oleh Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 19 Palu, bahwa pada semester genap kemarin, catatan di raport AS terdapat 11 kali tanpa keterangan.

E.     ALASAN MEMILIH KASUS
Setelah melihat catatan tentang siswa yang yang beasal dari guru pembimbing di SMP Negeri 19 Palu, praktikan merasa tertarik dan memilh siswa ini untuk dijadikan bahan study kasus, ketertarikan ini disebabkan karena konseli (siswa) tersebut sering alpa, bolos pada jam mata pelajaran berlangsung. Hal ini menyebabkan praktikan tertarik untuk mengkaji kasus/masalah “AS” dengan harapan agar siswa (konseli) mampu keluar dan memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dalam artian dapat mengubah perilaku buruk yang selama ini ia lakukan.



























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Perilaku Bolos

Perilaku bolos sekolah adalah keadaan dimana siswa mangkir, melarikan diri dari aktifitas sekolah maupun tidak datang kesekolah untuk mengikuti mata pelajaran sebagaimana mestinya pada jam yang telah ditetapkan
Pengertian prilaku adalah suatu bentuk tingkah laku yang agresif yang sering dilakukan individu (Monks,2001;369). Sedangkan prilaku yang menyimpang adalah suatu bentuk tingkah laku yang menyimpang dari norma susila, norm agama yang bersifat negatif atau suatu prilaku emosional yang menonjol dan mengacu ke hal-hal yang bersifat criminal.
Membolos berarti tidak masuk atau absent. Membolos sekolah adalah tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi prilaku membolos adalah suatu bentuk tingkah laku yang menonjol yang dilakukan individu yaitu tidak masuk sekolah.
Remaja biasannya biasanya melakukan perbuatan untuk mencari identitas diri, ingin menunjukan kemampuannya pada orang lain. Remaja ini mengalami perkembagan mental dan pertumbuhan fisik yang belum stabil. Sejalan dengan hal itu remaja perlu sekali mendapatkan bimbingan dan arahan untuk menemukan jati dirinya dan meminimalkan prilaku yang menyimpang.
Sementara menurut dari sudut perkembangan fisik, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. In berarti keadaan bentuk tubuh pada umumnya memperoleh bentuk yang sempurna dimana pada akhir peran perkembangan fisik seorang pria yang berotot dan mampu menghasilkan spermatozoa setiap kali berejakulasi dan bagi wanita bentuk badan juga sudah kelihatan terbentuk dengan perubahan pada payu dara serta berpinggul besar setiap bulan mengeluarkan sel telur yang tidak disenyawakan. Masa puber bagi lelaki adalah ketika bermimpi basah yang pertama dan pada perempuan setelah haid. (Sarlito Wirawan,1997: 6-7)
Prilaku membolos merupakan suatu bentuk kenakalan remaja yang terjadi pada masa pertumbuhan mereka. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mempunyai arti yang khusus dan terbatas pada suatu masa tertentu yaitu masa remaja sekitar umur 13-21 tahun.
Prilaku membolos, atau fenomena pelajar yang terlibat narkotika, sex bebas hingga tawuran terkuak ke permukaan, sekolah seakan-akan ingin lepas tangan. Terbukti, pihak sekolah masih menganggap mereka yang terlibat hal itu adalah anak-anak ‘nakal’. Dalihnya, anak-anak yang patuh lebih banyak dibandingkan anak-anak yang suka membolos. Memang hal itu benar adanya. Tetapi bukan berarti mereka yang taat di sekolah terselamatkan. Justru sebaliknya, tekanan pendidikan dengan kurikulum yang cukup ketat justru menciptakan keresahan secaraara psikologis. Makanya, jangan heran jika akhir-akhir ini siswa-siswi kita sering mengalami hysteria missal. Hal itu dikarenakan luapan emosi tak terkendali melalui alam bawah sadar. Dan biasanya kerap tak terkendali.
Menurut Fine Benyian kenakalan remaja adalah satu contoh dari sejumlah tingkah laku yang dilakukan oleh seorang pemuda yang berumur sekitar 18 tahun. Sebagai kebalikan dari daerah hokum dan telah diterima oleh umum dan itu adalah karakter di dalam kelompok anti social. Kenakalan remaja adalah jenis nyata dari penyimpangan prilaku yang melawn hokum/peraturan (Fine Benyian,1957;22).
B.     Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
-          Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1.      Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
2.      Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”




















BAB III
GEJALA DAN PENYAJIAN DATA

A.  Gejala yang Nampak pada kasus
Melalui pengamatan dan wawancara dengan konseli, ada beberapa gejala yang Nampak pada kasus, gejala yang nampak tersebut antara lain:
1.    Konseli sering meninggalkan ruangan pada jam mata pelajaran sedang berlangsung.
2.    Malas mengerjakan tugas-tugas
3.    Sarana dan prasarana yang kurang menunjang
B.  Pengumpulan dan penyajian data
1.     Obsevasi
a)       Observasi  langsung
1.      Menggunakan waktu istirahat melebihi waktu yang ditentukan
2.      Kurang dapat memusatkan perhatian didalam kelas pada waktu pelajaran berlangsung
3.      Memilih tempat duduk paling belakang
4.      Sering alpa, bolos pada jam mata pelajaran
b)      Observasi tidak langsung
1.    Kurang mendapatkan perhatian dari orang tua
2.    Kurang bersemangat dalam belajar
3.    Konseli sering alpa, bolos pada jam mata pelajaran berlangsung
4.    Tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
2.    Dengan teknik wawancara
Wawancara merupakan situasi peran antar pribadi bersama, ketika seseorang atau pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang berhubungan dengan masalah penelitian, kepada konseli yang sedang diteliti (responden). Penelitian tidak dilakukan sekali tapi beberapa kali. Ini dimungkinkan untuk mempermudah dalam pengklarifikasian dan pengembangan kasus yang dihadapi.
Penelitian ini mendapatkan hasil dari wawancara dengan konseli yaitu yang berhubungan dengan kasus yang dihadapi konseli. Konseli mempunyai perilaku yang kurang baik di mana konseli sering membolos, tidak mengikuti pelajaran tanpa keterangan yang jelas. Data utama ini yang menjadi sumber utama dalam kasus ini. Konseli sering tidak masuk sekolah karena pengaruh keluarga dan lingkungan sekitar. Kurang mengerti tentang hak dan kewajiban secara benar.
Hasil wawancara dengan konseli:
1.    Kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
2.    Minat belajar
3.     Konseli kurang bersemangat ketika belajar
4.    Tidak adanya perhatian saat pelajaran berlangsung
Hasil wawancara dengan guru BK,guru mata pelajaran, wali kelas dan teman-teman sekelasnya :
1.    Sering bolos pada jam mata pelajaran  dan kadang datang terlambat.
2.    Sering alpa atau tidak masuk tanpa keterangan.
3.    Kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
4.    Kurangnya perhatian terhadap mata pelajaran
3.    Home Visit (kunjungan rumah )
Berdasarkan kunjungan rumah yang telah dilaksanakan maka dapat diperoleh data sebagai berikut:
·      Model rumah                        :  permanen
·      Fasilitas                                 : cukup
·      Penerangan                           : cukup
·      Situasi rumah                        : tenang
4.      Melalui program check list 
a)        Aspek masalah kesehatan
1.   Merasa terlalu kurus
2.   Merasa tubuh terlalu tinggi
b)        Aspek masalah kehidupan
1.   Terlalu banyak keluarga yang harus dibiayai keluarga
c)        Aspek masalah keluarga
1.   Anak bungsu
2.   Jarang ada waktu berkumpul bersama keluarga
d)       Masalah agama dan moral
1.      Merasa malas sembahyang
2.      Sering mengeluarkan kata-kata kotor
3.      Sering lupa mengembalikan barang pinjaman
4.      Malas mendengarkan ceramah/kultum di masjid
5.      Sering tidak mengakui kesalahan
6.      Sering mempermainkan orang lain
e)        Masalah pribadi
1.    Mudah bosan
2.   Mudah lupa
3.   Menyimpan masalah sendiri
f)    Masalah hubungan sosial
1.   Selalu ingin berkuasa dalam pergaulan
g)   Masalah rekreasi,hobby dan penggunaan waktu
1.   Keinginan untuk rekreasi selalu terhalang
2.   Terlalu sering rekreasi keluar kota
3.   Tidak dapat menggunakan waktu luang
4.   Waktu banyak terpakai untuk meniruti keinginan saya
5.   Waktu sering habis untuk ngobrol dengan teman
6.   Kesenangan menonton TV sering menghabiskan waktu belajar
7.   Setiap ada film baru, saya nonton
8.   Sering main PS tanpa diketahui orang tua
h)         Masalah penyesuaian terhadap sekolah
1.   Sering malas masuk sekolah
2.   Sering meninggalkan pelajaran
3.   Sering membolos
4.   Peraturan sekolah terlalu menekan
i) Masalah penyesuaian terhadap kurikulum
1.   Ada beberapa mata pelajaran yang tidak disukai
2.   Sering khawatir kalau-kalau mendapat giliran maju ke depan
3.   Pelajaran di sekolah terlalu membosankan
4.   Tidak suka membaca buku di perpustakaan
5.   Malas praktikum di mperpustakaan
j)           Masalah kegiatan belajar
1.      belajar kalau ada ulangan
2.      belajar tidak teratur waktunya
3.      belajar hanya pada malam hari saja
4.      sukar memusatkan pikiran pada waktu belajar
5.      sulit mengingat mata pelajaran yang sudah dihafalkan
6.      kalu belajar sering mengantuk
k).  Masalah muda-mudi
                        1. Bercinta adalah bagian dari hidup saya
                        2. Mulai tertarik pada wanita
                        3. Terpaksa pacaran sembunyi-sembunyi
                        4. Merasa muak jika ada orang yang membicarakan cinta
                        5. Orang tua melarang saya pacaran sekarang
                        6. Pacar saya selalu mengajak saya rumah/jalan-jalan







Tabel Problem Check-list                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
No
Masalah
Frekuensi
Persentase
1
Masalah kesehatan
2/21x100%
9,52%
2
Masalah kehidupan
1/13x100%
7,69%
3
Masalah keluarga  
3/25x100%
12%
4
Masalah agama dan moral
6/15x100%
40%
5
Masalah pribadi  
3/23x100%
13,04%
6
Masalah hubungan social
1/20x100%
5%
7
Masalah rekreasi,hobi dan penggunaan waktu
8/22x100%
36,36%
8
Masalah penyesuaian terhadap sekolah

4/20x100%
20%
9
Masalah penyesuaian terhadap kurikulum

5/20x100%
25%
10
Masalah kegiatan belajar
6/16x100%
37,5%
11
Masalah muda-mudi
6/21x100%
28,57%






5.    Dokumentasi
Dari dokumentasi deperoleh data sebagai berikut:
o  Nilai rapport semester genap kelas VIII
NO
Mata pelajaran
Nilai
Huruf
1.       
Pendidikan Agama islam
50
Lima puluh
2.       
Pendidikan  kewarganegaraan

60

Enam puluh
3.       
Bahasa Indonesia
60
Enam puluh
4.       
Penjaskes
70
Tujuh puluh
5.       
Seni budaya
75
Tujuh puluh lima
6.       
Bahasa inggris
60
Enam puluh
7.       
Matematika 
50
Lima puluh
8.       
Ilmu pengetahuan Alam
60
Enam puluh
9.       
Ilmu pengetahuan sosial
75
Tujuh puluh lima
10.   
 TIK
70
Tujuh puluh
11.   
Kewirausahaan
55
Lima puluh lima
12.   
Mulok
a.       Pertamanan
79
Tujuh puluh nsembilan




Akhlak dan Kepribadian
Ketidakhadiran
Akhlak         : B
Kepribadian : B
Sakit                     : -
Izin                       : 1
Tanpa keterangan : 11

C.  Sitensis
Berdasarkan hasil keseluruhan pengumpulan data, praktikan mengorganisir kedalam bentuk sebagai berikut:
a)    Data yang sifatnya menghambat
1.    Konseli kurang mendapat perhatian dari orang tuanya
2.    Konseli kurang memahami manfaat pentingnya belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar